Cara Mengatasi Gangguan Psikologis selama Kehamilan dan Persalinan

Kehamilan merupakan transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.

Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil, Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung akan bereaksi berlebihan.Wanita hamil memiliki kondisi sangat rapuh. Mereka sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya.Mereka cemas akan hal hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang berada dalam suatu proses yang tidak dapat berubah kembali. Hal ini membuat sebagian besar wanita menjadi tergantung dan beberapa lainnya menjadi lebih menuntut.

A.     Psikologis Kehamilan

  1. Perubahan dan Proses Psikologis Selama Kehamilan
Permasalahan psikologis selama masa kehamilan dan persalinan adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan atau pengurangan emosi, kepribadian, motivasi dan konsep diri yang terjadi selama masa kehamilan dan persalinan
Peristiwa dan proses psikologis dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a.    Trimester Pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan.
b.    Trimester Kedua
. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu yang merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari ketidaknyamanan fisik, ukuran perut belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina lebih banyak dan hal yang menyebabkan kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari perhatian ibunya menjadi mencari perhatian pasangannya, semua faktor ini berperan dalam meningkatnya libido dan kepuasan seks.
c.    Trimester Ketiga
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa khawatir akan keselamatannya. Rasa tidak nyaman timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh, berantakan, canggung dan jelek sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari pasangannya, disamping itu ibu mulai sedih karena akan terpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil, terdapat perasaan mudah terluka (sensitif).
2.    Cara Mengatasi Masalah-Masalah Psikologis Ibu pada saat Kehamilan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah psikologis ibu pada saat kehamilan, yaitu:
a.    Bersikap terbuka dengan pasangan
b.    Konsultasi dengan bidan atau tenaga kesehatan yang lain.
1)    Menjelaskan bahwa apa yang dirasakan ibu adalah sesuatu yang normal.
2)    Mengungkapkan bahwa setiap pengalaman kehamilan adalah unik.
3)    Menjelaskan tentang kebutuhan nutrisi, petumbuhan bayi, tanda-tanda kelahiran dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
4)    Mendiskusikan tentang ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu dan cara mengatasinya.
5)    Mendiskusikan tentang rencana persalinan
c.    Curahkan isi hati kepada pasangan atau sahabat.
d.    Usahakan lebih banyak istirahat
e.    Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada suami, teman, ataupun keluarga.
f.     Luangkan waktu, untuk diri sendiri, manjakan diri dengan relaksasi, pijat atau apapun yang dapat menghibur diri
g.    Menciptakan suasana yang nyaman dan tenteram bagi ibu.
h.    Melakukan antisipasi sejak awal bagi diri sendiri. Contohnya, ibu perlu mensyukuri kehamilan tersebut sebagai anugerah yang Tuhan berikan.

3.    Permasalahan Psikologis Yang Memerlukan Penanganan Khusus
Adapun beberapa gejala yang dapat terjadi pada ibu beserta penanganannya, yaitu:
a.    Pseudosyesis
Ø  Wanita tidak hamil yang percaya bahwa dirinya hamil, diikuti dengan munculnya gejala dan tanda (dugaan) kehamilan
Ø  Lakukan anamnese terarah yang akurat (termasuk latar belakang psikis), pemeriksaan fisik (khoasma/hiperpegmentasi, pelunakan dan keunguan pada serviks, pembesaran uterus) dan pemeriksaan tambahan (USG dan uji kehamilan)
Ø  Lakukan konseling bahwa kehamilan harus dipastikan (perdarahan lucut dengan kombinasi estrogen-progesteron), akan dilakukan upaya pemeriksaan dan pengobatan untuk kehamilan dan dukungan psikososial
b.    Reaksi cemas
Ø  Gangguan ini ditandai dengan rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan
Ø  Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkannya karena gejala klinik yang ada, sangat tidak spesifik (twitching, tremor, berdebar-debar, kaku otot , gelisah, dan mudah lelah, insomnia)
Ø  Timbul gejala-gejala somatik akibat hiperaktifitas otonom (palpitasi, sesak nafas, rasa dingin di telapak tangan, berkeringat, pusing, rasa terganjal pada leher)
Ø  Tenangkan dengan psikoterapi. Walau kadang kadang upaya ini kurang memberi hasil tetapi prosedur ini sebaiknya paling pertama dilakukan
Ø  Bila pasien tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau kekurangan asupan kalori /gizi maka harus dilakukan rawat inap di rumah sakit.
c.    Reaksi panik
Ø  Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang hebat, terjadi dalam periode yang relatif singkat dan tanpa sebab-sebab yang jelas.
Ø  Pasien mengeluhkan nafas sesak atau rasa tercekik, telinga berdenging, jantung berdebar, mata kabur, rasa melayang, takut mati, atau merasa tidak tertolong lagi.
Ø  Pemeriksaan fisik menunjukan pasien gelisah dan ketakutan, muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, dan cepat dan takhikardi.
Ø  Karena reaksi panik hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, cukup diberikan dosis tunggal diazepam 5 mg IV.
d.    Reaksi obsesif-kompulsif
Ø  Gambaran spesifik dari gangguan ini adalah selalu timbulnya perasaan, rangsangan, atau pikiran untuk melakukan sesuatu, tanpa objek yang jelas, diikuti dengan perbuatan yang dilakukan secara berulang kali.
Ø  Pengulangan perbuatan tersebut dapat mencelakai dirinya, bayi yang dikandung atau orang lain.
Ø  Adanya potensi gawat darurat pada wanita hamil dengan reaksi obsesif-kompulsif menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau dalam pengawasan tim medis yang memadai. Psikoterapi cukup membantu untuk mengembalikan wanita ini pada status emosional yang normal.
Ø  Pada kasus yang berat diberikan diazepam 5 mg IV dan observasi ketat
e.    Depresi berat
Ø  Depresi pada wanita hamil, ditandai oleh perasaan sedih, tidak bergairah, menyendiri penurunan berat badan, insomnia, kelemahan, rasa tidak dihargai dan pada kasus yang berat, ada keinginan untuk melakukan bunuh diri.
Ø  Penelitian di RS Dr. Sutomo Surabaya (1999) menunjukan angka kejadian depresi pasca persalinan (Postpartum Blues) sebesar 15,2% (persalinan fisiologis) dan 46,2% (persalinan patologis).
Ø  Sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkomunikasi, kurang perhatian dan sulit untuk mengingat sesuatu.
f.     Reaksi mania
Ø  Reaksi mania ditandai dengan rasa gembira yang berlebihan (eforia), mudah terangsang, hiperaktif, banyak bicara (logore), mengganggu dan rasa percaya diri yang berlebihan.
Ø  Reaksi mania dalam kehamilan merupakan masalah yang cukup rumit karena obat lithium karbonat, dapat menimbulkan berbagai akibat yang merugikan pada janin (Ebstein’s abnormality, kelemahan tonus otot dan menurunnya kemampuan menghisap pada bayi yang baru dilahirkan).
Ø  Pasien-pasien yang terkontrol pada saat hamil, cenderung mengalami episode mania pada 7-14 hari saat pasca persalinan.
g.    Skizofrenia
Ø  Skizofrenia ditandai dengan gangguan proses berpikir, persepsi dan realita. Pada tingkat tertentu, dapat dijumpai halusinasi, waham kebesaran, gangguan bicara dan hilangnya asosiasi dan realita dan lingkungan sekitarnya.
Ø  Obat untuk penderita skizofrenia diekskresi melalui ASI sehingga tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya. Bila psikofarmaka tidak dapat digunakan, dapat digunakan terapi kejut listrik (ECT)
h.    Rasa kehilangan
Ø  Rasa kehilangan merupakan adaptasi dari kemarahan, kekecewaan dan kesedihan yang harus dihadapi dan diatasi.
Ø  Lakukan konseling dan minta pasangan tersebut untuk memutuskan apa yang terbaik bagi yang mereka (menyimpan hasil konsepsi, menyaksikan cacat yang terjadi, mendekap janin yang telah dilahirkan, meminta otopsi ) agar proses adaptasi terhadap berjalan baik.
Ø  Beri kesempatan (paling tidak 6 bulan) untuk resolusi, sebelum memulai kehamilan berikutnya.

4.    Penanganan Masalah Kejiwaan Menurut Tingkat Pelayanan Kesehatan

Tanda dan Gejala
Ibu hamil dengan masalah atau gangguan kejiwaan yang dapat mempengaruhi kesehatan/keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya
Dugaan
Kehamilan dengan gejala cemas, panik, obsesif-kompulsif, depresi, mania atau skizofrenia
Kategori
Cemas
Panik
Obsesi
Depresi
Mania
Skizo
Tingkat
Upaya
Polindes
·          Kenali
·          Rujuk
·          Observasi
·          Pascaterapi


·     Kenali
·     Rujuk
·     Observasi
·     Pasca terapi

·    Kenali
·    Rujuk
·    Observasi
·    Pascaterapi

·     Kenali
·     Rujuk
·     Observasi
·     Pascaterapi

·     Kenali
·     Rujuk
·     Observasi
·     Pascaterapi

·     Kenali
·     Rujuk
·     Observasi
·     Pascaterapi

Puskesmas
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala tetap memburuk Observasi
Pasca
Rujukan
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala tetap/ memburuk
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala yang berbahaya bagi ibu dan janin/memburuk
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala tetap memburuk
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala tetap memburuk
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala tetap memburuk
Rumah Sakit
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
Konsultasi
Psikolog/psikiater
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
Konsultasi
Psikolog/psikiater
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
Konsultasi
Psikolog/psikiater
ANC/profil biofisik
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
AD trisiklik
ECT/TKL
Konsultasi
Psikolog/psikiater
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
Li-karbonat
Konsultasi psikolog/ psikiater
ANC/Profil biofisik
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
Psikofarmaka/ECT
Konsultasi
Psikolog/psikiater


B.   Psikologis Ibu saat Persalinan
1.    Perubahan Psikologis Ibu saat Persalinan
Fase Laten : Pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya ia ingin berbicara, perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan-jalan dan menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari bahwa proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut.
Fase Aktif : saat kemajuan persalinan sampai pada waktu kecepatan maksimum  rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Kontraksi semakin kuat dan fekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini wanita akan lebih serius. Wanita tersebut menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya.
Kebutuhan ibu selama persalinan:
a.    Kebutuhan fisiologis
b.  Kebutuhan rasa aman
c.    Kebutuhan dicintai dan mencintai
d.    Kebutuhan harga diri
e.    Kebutuhan aktualisasi diri



2.    Cara Mengatasi Masalah-Masalah Psikologis Ibu Pada Saat Persalinan:
Adapun cara-cara mengatasi masalah psikologis pada saat persalinan, yaitu:
a.    Kegiatan konseling pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan kepada ibu yang akan melahirkan. Adapun langkah-langkah konseling kebidanan pada ibu melahirkan seperti:
1)    Menjalin hubungan yang mengenakan (rapport) dengan klien.
2)    Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dukungan yang positif.
3)    Kehadiran
Merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengatasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total kepada klien. Bidan dalam memberikan pendampingan klien yang bersalin difokuskan secar fisik dan psikologis.
4)    Mendengarkan
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
5)    Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin
Sentuhan bidan terhadap klien akan memberikan rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.
Misalnya: ketika kontraksi pasien merasakan kesakitan, bidan memberikan sentuhan pada daerah pinggang klien. Sehingga pasien akan merasa nyaman.
6)    Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan
Merupakan upaya untuk memberikan rasa percaya diri pada klieb bahwa klien dapat menyelesaikan persalinanya.
7)    Memandu persalinan
Misalnya : bidan menganjurkan klien meneran pasa saat his berlangsung
8)    Mengadakan kontak fisik dengan klien
Misalnya: mengelap keringat, mengipasi , memeluk pasien, menggosok klien.
9)    Memberikan pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukannya
misalnya : bidan mengatakan: “bagus ibu, pintar sekali menerannya”.
10)  Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran anaknya dan mengatakan ikut berbahagia
b.    Bila diperlukan alternatif pilihan yaitu melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode relaksasi Hypnobrithing.
Hypnobrithing adalah suatu hipnoterapi yang dilakukan dengan melakukan kontak langsung dengan alam bawah sadar sehingga mencapai kondisi rileks yang mendalam dan stabil, kita akan mampu menanamkan suatu program atau konsep baru yang secara otomatis akan mempengaruhi kehidupan dan tindakan kita sehari-hari.
c.    Menggunakan media air guna mengurangi rasa sakit, seperti metode Water Birth
d.    Dan lain sebagainya

REFERENSI

1.      Varney H, dkk. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC. Halaman 501-04.
2.      Wulandari, Diah (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offiset. Halaman 86-95.
3.      Priyanto A,. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 49, 73-4
4.      Sumarah, dkk. (2008). Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya. Halaman 55
5.      Andriana, E. (2007). Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer . Halaman 25-9
6.      Sarwono, P. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI. Halaman 327-31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar