Membangun Motivasi



Membangun Motivasi Dalam Diri

Cita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika anda
memiliki motivasi yang kuat dalam diri anda. Tanpa motivasi apapun,
sulit sekali anda menggapai apa yang anda cita-citakan. Tapi tak
dapat dipungkiri, memang cukup sulit membangun motivasi di dalam
diri sendiri. Bahkan mungkin anda nggak tahu pasti bagaimana cara
membangun motivasi di dalam diri sendiri.

Padahal sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan motivasi tersebut. Caranya...? coba simak kiat berikut
ini:

Ciptakan sensasi
Ciptakan sesuatu yang dapat "membangunkan" dan membangkitkan gairah
anda saat pagi menjelang. Misalnya, anda berpikir esok hari harus
mendapatkan keuntungan 1 milyar rupiah. Walau kedengarannya
mustahil, tapi sensasi ini kadang memacu semangat anda untuk
berkarya lebih baik lagi melebihi apa yang sudah anda lakukan
kemarin.

Kembangkan terus tujuan anda
Jangan pernah terpaku pada satu tujuan yang sederhana. Tujuan hidup
yang terlalu sederhana membuat anda tidak memiliki kekuatan lebih.
Padahal untuk meraih sesuatu anda memerlukan tantangan yang lebih
besar, untuk mengerahkan kekuatan anda yang sebenarnya. Tujuan hidup
yang besar akan membangkitkan motivasi dan kekuatan tersendiri dalam
hidup anda.

Tetapkan saat kematian
Anda perlu memikirkan saat kematian meskipun gejala ke arah itu
tidak dapat diprediksikan. Membayangkan saat-saat terakhir dalam
hidup ini sesungguhnya merupakan saat-saat yang sangat sensasional.
Anda dapat membayangkan 'flash back' dalam kehidupan anda. Sejak
anda menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga tampil sebagai
pribadi yang dewasa dan mandiri. Jika anda membayangkan 'ajal' anda
sudah dekat, akan memotivasi anda untuk berbuat lebih banyak lagi
selama hidup anda.

Tinggalkan teman yang tidak perlu
Jangan ragu untuk meninggalkan teman-teman yang tidak dapat
mendorong anda mencapai tujuan. Sebab, siapapun teman anda,
seharusnya mampu membawa anda pada perubahan yang lebih baik.
Ketahuilah bergaul dengan orang-orang yang optimis akan membuat anda
berpikir optimis pula. Bersama mereka hidup ini terasa lebih
menyenangkan dan penuh motivasi.

Hampiri bayangan ketakutan
Saat anda dibayang-bayangi kecemasan dan ketakutan, jangan melarikan
diri dari bayangan tersebut. Misalnya selama ini anda takut akan
menghadapi masa depan yang buruk. Datang dan nikmati rasa takut anda
dengan mencoba mengatasinya. Saat anda berhasil mengatasi rasa
takut, saat itu anda telah berhasil meningkatkan keyakinan diri
bahwa anda mampu mencapai hidup yang lebih baik.

Ucapkan "selamat datang" pada setiap masalah
Jalan untuk mencapai tujuan tidak selamanya semulus jalan tol. Suatu
saat anda akan menghadapi jalan terjal, menanjak dan penuh bebatuan.
Jangan memutar arah untuk mengambil jalan pintas. Hadapi terus jalan
tersebut dan pikirkan cara terbaik untuk bisa melewatinya. Jika anda
memandang masalah sebagai sesuatu yang mengerikan, anda akan semakin
sulit termotivasi. Sebaliknya bila anda selalu siap menghadapi
setiap masalah, anda seakan memiliki energi dan semangat berlebih
untuk mencapai tujuan anda.

Mulailah dengan rasa senang
Jangan pernah merasa terbebani dengan tujuan hidup anda. Coba
nikmati hidup dan jalan yang anda tempuh. Jika sejak awal anda sudah
merasa 'tidak suka' rasanya motivasi hidup tidak akan pernah anda
miliki.

Berlatih dengan keras
Tidak bisa tidak, anda harus berlatih terus bila ingin mendapatkan
hasil terbaik. Pada dasarnya tidak ada yang tidak dapat anda raih
jika anda terus berusaha keras. Semakin giat berlatih semakin mudah
pula mengatasi setiap kesulitan.

Kesimpulannya, motivasi adalah 'sesuatu' yang dapat menumbuhkan
semangat anda dalam rangka mencapai tujuan. Dengan motivasi yang
kuat di dalam diri sendiri, anda akan memiliki apresiasi dan
penghargaan yang tinggi terhadap diri dan hidup ini. Sehingga anda
pun nggak ragu lagi melangkah mencapai tujuan dan cita-cita hidup
anda..!

4 Alasan Untuk Sukses


4 Alasan Untuk Sukses

Empat alasan seseorang menjadi sukses yang akan disampaikan
berikut ini adalah versi Edward D'Bono. Beliau adalah
seseorang yang memfokuskan studinya pada bidang psikologi
kreativitas. Salah satu buku hasil karya beliau yang terkenal
adalah "Lateral Thinking".

Dalam buku tersebut, beliau bercerita tentang tak tik.
Dari hasil mencari beberapa kesamaan yang dimiliki oleh
orang-orang sukses, beliau menemukan empat alasan yang
mendorong seseorang menjadi sukses.

Pertama adalah "luck" (keberuntungan). Banyak masyarakat
yang beranggapan bahwa sukses terjadi karena kebetulan.
Menurut Edward D'Bono, memang ada orang sukses karena
mendapatkan keberuntungan. Misalnya, tiba-tiba mendapat
lotre senilai USD 1 juta (sekitar Rp 8,5 miliar) atau
menikah dengan orang yang sangat kaya. Bisa juga tiba-tiba
bisnis yang sedang digeluti mendapatkan order dalam
jumlah besar. Tiga contoh itu adalah kesuksesan karena kebetulan.

Kedua adalah "very talented" (sangat berbakat).
Seseorang menjadi sukses karena dia memang mempunyai
kapabilitas yang luar biasa di segala sisi. Salah satu
contoh konkritnya adalah Mozart. Dalam usia empat tahun
dia sudah mampu bermain piano dengan permainan yang luar
biasa bagus. Mozart ini adalah salah satu contoh orang yang
"very talented". Contoh lain adalah Richard Claiderman,
seorang pianis moderen yang juga sangat berbakat di bidangnya.
Di bidang olah raga salah satu contohnya adalah Tiger Wood,
seorang pemain golf yang very talented.

Ketiga adalah "you are on a growing business sector".
Anda sukses karena melakukan bisnis di sektor yang sedang
tumbuh pesat. Contohnya, orang-orang yang melakukan bisnis
komputer di tahun 1985-an kebanyakan relatif berhasil.
Orang yang berbisnis internet juga banyak yang
mendapatkan sukses.
Jika Anda melakukan bisnis di sektor yang sedang tumbuh,
kemungkinan untuk menjadi sukses akan lebih besar.

Keempat adalah "you are little bit mad". Anda harus
sedikit gila kalau ingin meraih sukses. Sedikit gila memang
tidak selalu menghasilkan hal negatif.


www.stikesayani.ac.id


Mau Lanjut Kuliah ke D4 ??? ayo gabung di Program Bidan Pendidik STIKes Achmad Yani Cimahi ... !!!!

Fertilisasi


Video Menstruasi


Problem Based Learning


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Penerapan KBK merupakan terobosan baru dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Rumusan kompetensi dalam KBK merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas yang sekaligus menggambarkan kemajuan yang dicapai siswa secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kompeten. Penerapan KBK memberikan sumbangan perubahan yang besar dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran agar tidak mekanistik.
Secara alami manusia selalu menghadapi masalah dalam kehidupannya yang harus diselesaikan. Karena itu selayaknyalah jika manusia termasuk siswa  pada khususnya perlu berlatih menyelesaikan masalah. Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep tetapi juga harus membekali peserta didik untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan ini. Dengan kondisi dan situasi yang demikian ini, pembelajaran yang semestinya disusun ialah berdasarkan masalah. Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai pendekatan pembelajaran yang inovatif. Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternative model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya ketrampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Menurut Tan (2003) Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara seimbang. Karena pada dasarnya, berpikir terjadi dalam konteks memecahkan masalah, yaitu adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada. Seseorang menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila berada dalam ruang lingkup atau berkaitan dengan masalah yang dihadapinya.
Demikian pula dengan belajar, Pada saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa sebenarnya manfaat mempelajarinya, dan masalah apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan atau bahan itu. Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui serangkaian pengalaman pemecahan masalah realistik yang di dalamnya si pelajar secara langsung menerapkan unsur-unsur kompetensi tersebut.
Dilihat dari aspek psikologi belajar pembelajaran berbasis masalah bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui pengahayatan secara internal akan problema yang dihadapi.
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan dengan masalah.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki system pembelajaran. Namun, pada kenyataannya tidak semua guru memahami konsep PBM tersebut, baik disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pendidik.
Begitu juga dengan siswa selama ini kemampuan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya, manakala siswa menghadapi masalah walaupun masalah itu dianggap itu sepeple, banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Tidak sedikit siswa yang mengambil jalan pintas, misalnya dengan mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-gara ia tidak sanggup memecahkan masalah.

B.    Tujuan
1.    Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui metode pembelajaran Problem Based Learning dan bagaimana cara mengaplikasikannya.
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk menambah wawasan mengenai metode Problem Based Learning
b.    Untuk mengetahui pengertian Problem Based Learning
c.    Untuk Mengetahui Langkah-langkah Problem Based Learning
d.    Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan metode Problem Based Learning.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
1.    Pengertian
Adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian atau penggalian informasi (inquiry) untuk memecahkan masalah tersebut
      Problem based Learning atau Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan juga sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah..
2.    Tujuan
a)    Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa
b)    Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan ketrampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.
3.    Ciri-ciri PBL
a)    Belajar  dimulai dengan suatu masalah
b)    Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata
c)    Mengorganisasikan pelajaran di seputar masalah
d)    Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar
e)    Menggunakan kelompok kecil
f)     Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja

Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses pendidikan, menyebutkan bahwa dalam PBL/ pembelajaran berbasis masalah ini mempunyai 3 ciri utama, yaitu
1.   PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa yang hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafasl metri pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.   Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL Menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, Artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.   Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif.
4.    Strategi
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :
a.    Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh
b.    Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemmapuan dalam membuat judgment secara objektif
c.    Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa
d.    Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya
e.    Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan)
5.    Hakikat Masalah dalam PBL
Pbl dan strategi pembelajaran inkuiri (SPI) memiliki perbedaan, perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan yang ingin dicapai. Masalah dalam SPI adalah masalah yang bersifat tertutup, artinya jawaban dari masalah itu sudah pasti, oleh sebab itu jawaban dari masalah yang dikaji itu sebenarnya guru sudah mengetahui dan memahaminya, namun guru tidak secara langsung menyampaikannya kepada siswa. Dalam SPI tugas guru pada dasarnya menggiring siswa melalui proses Tanya jawab pada jawaban yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang ingin dicapai oleh SPI adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari suatu masalah.
      Berbeda dengan SPI, masalah dalam PBL adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, PBL memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Yujuan yang ingin dcapai adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
      Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam PBL :
a)    Bahan pelajaran harus mengundang isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan yang lainnya
b)    Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familier dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik
c)    Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya
d)    Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku
e)    Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.

6.    Tahapan  PBL
Menurut Jarot Subandono, inti dari kegiatan metode belajar Problem Based Learning ini ada pada diskusi tutorial. Terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan dalam diskusi tutorial, yang disebut dengan Seven Jumps. Deskripsi dari ketujus langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Menjelaskan istilah yang belum diketahui
Proses                 : Mahasiswa menentukan beberapa kata yang artinya kurang/belum jelas, anggota kelompok yang lain mungkin dapat memberikan definisinya/penjelasannya. Mahasiswa sebaiknya dikondisikan agar merasa “aman/safe” dalam berpendapat sehingga memungkinkan mereka “jujur” tentang segala hal yang belum dipahaminya.
Alasan              : Istilah yang belum diketahui berlaku sebagai suatu “penghambat” untuk dipahami. Penjelasan yang hanya sebagian saja dipahami/tidak menyeluruh sekalipun, dapat untuk memulai proses pembelajaran.
Hasil Tertulis   :Kata-kata/istilah yang artinya belum dapat disetujui oleh kelompok, harus didaftar sebagai tujuan pembelajaran.
Perhatian         : Mahasiswa kadang-kadang terjebak terlalu lama diskusi pada langkah 1 ini sehingga waktunya hampir habis dan mengalami fenomena mengibarkan bendera, maka sebaiknya istilah asing dijelaskan secukupnya saja.

Langkah (2). Menetapkan permasalahan
Proses         : Tahap ini merupakan suatu pembahasan terbuka dimana mahasiswa didorong agar menyumbangkan pendapatnya tentang permasalahan yang ada dalam bentuk diskusi. Tutor harus mendorong/memotivasi mereka semua untuk menyumbangkan analisis  secara cepat dan luas.
Alasan         : Dimungkinkan bagi setiap anggota kelompok tutorial untuk mempunyai pandangan yang berbeda terhadap suatu masalah. Membandingkan dan mengumpulkan pendapat yang luas akan memperkaya khasanah intelektual  dari permasalahan yang dibahas tersebut.
Hasil Tertulis        : Daftar pokok-pokok persoalan untuk dijelaskan.

Langkah (3). Curah pendapat/brainstorming tentang hipotesis atau penjelasan yang ada.
Proses            : Merupakan kelanjutan dari pembahasan secara terbuka, namun sekarang mahasiswa mencoba untuk merumuskan, menguji dan membandingkan keunggulan secara relatif dari hipotesis yang ada sebagai penjelasan permasalahan atau kasus. Tutor perlu untuk mempertahankan diskusi pada taraf hipotesis dan tidak dianjurkan menuju pada hal-hal yang terlalu detil/terperinci secara cepat. Dalam hal ini:
a.      Hipotesis berarti suatu pengandaian yang dibuat sebagai dasar untuk membuat alasan tentang kebenaran ilmiah atau sebagai titik awal bagi penyelidikan lebih lanjut.
b.      Penjelasan artinya, menjadikan tahu secara terperinci dan membuatnya dapat dimengerti, dengan suatu maksud untuk menimbulkan saling pengertian.
Alasan:           Tahap ini merupakan langkah yang penting, yang mendorong digunakannya pembelajaran dari tahap sebelumnya berdasarkan pengetahuan atau ingatan/memori sebelumnya (prior knowledge) dan membiarkan mahasiswa untuk menguji pemahaman yang telah dimilikinya satu sama lain. Hubungan/ mata rantai dapat terbentuk antara pokok-pokok persoalan dari pengetahuan yang belum lengkap yang ada dalam kelompok tersebut. Jika dapat ditangani dengan baik oleh tutor dan grupnya, tahap ini dapat  menempatkan pembelajaran pada tingkat pemahaman yang lebih baik.
Hasil Tertulis   : Daftar hipotesis atau penjelasan.
Masalah          : prior knowledge mahasiswa sering diragukan tutor.

Langkah (4). Menyusun penjelasan dalam suatu pemecahan masalah/ solusi sementara.
Proses       : Mahasiswa akan memikirkan sebanyak mungkin penjelasan yang berbeda dari apa yang sedang terjadi. Permasalahan diperiksa dengan teliti secara terperinci dan dibandingkan dengan usulan hipotesis atau penjelasan, untuk melihat bagaimana mereka akan mencocokkan dan jika diperlukan eksplorasi lebih lanjut. Tahap ini merupakan permulaan proses dari penjelasan tujuan pembelajaran/Learning Objective (LO), walaupun tidak dianjurkan bagi mahasiswa untuk merekam dengan segera dalam bentuk tulisan.
Alasan        : Tahap ini memproses secara aktif dan menstruktur kembali pengetahuan yang ada dan mengenali kesenjangan pemahaman. Mencatat tujuan pembelajaran (LO) secara cepat akan menghalangi/menghambat pemikiran dan memperpendek proses berpikir intelektual dan menghasilkan tujuan yang terlalu luas dan superfisial.
Hasil Tertulis: tahap ini meliputi pengorganisasian penjelasan tentang permasalahan, menunjukkannya secara skematis, mencoba untuk menghubungkan ide-ide baru diantara sesama teman, dengan pengetahuan yang dimiliki dan dengan susunan kata-kata/konteks yang berbeda. Proses ini menyediakan suatu hasil visual tentang hubungan antara bagian-bagian informasi yang berbeda dan memfasilitasi ”penyimpanan ” informasi dalam ingatan jangka panjang.

Langkah (5). Menjelaskan Tujuan Pembelajaran (LO)
Proses                : Kelompok menyetujui  tujuan pembelajaran yang akan dipelajari oleh semua mahasiswa. Tutor mendorong mereka agar dapat fokus, untuk tidak terlalu luas atau superfisial dan dapat tercapai dalam waktu yang tersedia. Beberapa mahasiswa mungkin mempunyai tujuan pembelajaran (LO) yang tidak dibagikan kepada seluruh anggota kelompok oleh karena kebutuhan dan ketertarikan secara individual/pribadi.
Alasan            : Proses membentuk kesepakatan menggunakan kemampuan segenap kelompok tutorial (termasuk tutor) untuk menyusun diskusi selanjutnya dalam tujuan pembelajaran yang tepat/cocok dan dapat dicapai. Dalam hal ini tidak hanya menjelaskan tujuan pembelajaran namun juga membawa kelompok secara bersama-sama dan menyimpulkan diskusi.
Hasil Tertulis     : Tujuan Pembelajaran, hal ini merupakan hasil utama dari pekerjaan awal kelompok dalam PBL. Tujuan Pembelajaran seharusnya/ disarankan dalam bentuk persoalan pokok/isu yang ditujukan terhadap pertanyaan atau hipotesis yang spesifik.
Langkah (6). Pengumpulan Informasi dan belajar mandiri
Proses       : Tahap ini meliputi pencarian bahan dalam buku teks, mengumpulkan hasil pencarian literatur elektronik dari Internet, konsultasi pakar atau hal-hal lainnya yang dapat membantu menyediakan informasi yang sedang dicari oleh mahasiswa. Suatu proses PBL yang diorganisasikan dengan baik akan mencakup penyelenggaraan kursus atau adanya buku panduan blok yang menyediakan saran-saran dalam bagaimana caranya memperoleh sumber-sumber pembelajaran spesifik yang mungkin sukar untuk didapatkan/diakses, supaya jangan terjadi fenomena CBSA seperti di tingkat SMU..
Alasan       : Secara jelas, suatu bagian penting dari proses pembelajaran dalam pengumpulan dan perolehan informasi baru, dimana mahasiswa mengerjakannya secara individual maupun bersama-sama.
Hasil Tertulis: Catatan individual dan kelompok mahasiswa

Langkah (7). Membagi/ Berbagi hasil pengumpulan informasi dan belajar mandiri
Proses       : Hal ini membutuhkan waktu beberapa hari (sekitar 3 hari) setelah pertemuan tahap I (langkah 1-5). Mahasiswa mulai kembali pada daftar tujuan pembelajaran. Pertama-tama mereka mengidentifikasi/mengenali sumber belajar yang didapatnya sendiri, mengumpulkan informasi yang mereka dapat dari belajar mandiri dan membantu teman-teman lainnya memahami dan mengenali hal-hal yang susah selanjutnya/kemudian, untuk dipelajari lebih lanjut atau dengan bantuan pakar. Mahasiswa mencoba untuk melakukan dan menghasilkan analisis yang menyeluruh dari permasalahan yang ada.
Alasan     : Pada tahap ini menyusun apa yang telah dikerjakan kelompok, menggabungkan pembelajaran dan mengenali daerah/area yang belum pasti, yang memungkinkan untuk pembelajaran lebih lanjut. Pembelajaran mungkin tidak berakhir secara menyeluruh dan berakhir secara terbuka, Namur hal ini sungguh/ memang diperlukan kehati-hatian/ tidak terburu-buru karena mahasiswa seharusnya kembali ke topik-topik pembicaraan tersebut ketika pencetus/trigger yang cocok muncul kembali di kemudian hari.
Hasil Tertulis: Catatan individual mahasiswa / laporan
7.    Keunggulan dan Kelemahan PBL
a.    Keunggulan
1)    Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran
2)    Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa
3)    Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
4)    Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembanhkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses
5)    Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
6)    Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
7)    Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
8)    Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata
9)    Pemecahan masalah dapat mengembangkan  minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir
b.    Kelemahan
1)    Jika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba
2)    Keberhasilan strategi pembelajarn melalui problem based learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
3)    Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.


BAB III
SIMPULAN

A.    Simpulan
Terdapat 3 ciri utama PBL, yaitu :
1.   PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.   Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.   Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah.
B.    Saran
Melihat pada konteks perbaikan kualitas pendidikan, Maka PBL merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki system pembelajaran. Diharapkan setiap dosen menguasai metode problem based learning ini.

 REFERENSI :
Handout Mikroteaching.2011. Problem Based Learning.
Subandono. Jarot.2010. Problem Based Learning Seven Jumps. .
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Prenada Media Group

Cara Mengatasi Gangguan Psikologis selama Kehamilan dan Persalinan


Kehamilan merupakan transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.

Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil, Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung akan bereaksi berlebihan.Wanita hamil memiliki kondisi sangat rapuh. Mereka sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya.Mereka cemas akan hal hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang berada dalam suatu proses yang tidak dapat berubah kembali. Hal ini membuat sebagian besar wanita menjadi tergantung dan beberapa lainnya menjadi lebih menuntut.

A.     Psikologis Kehamilan

  1. Perubahan dan Proses Psikologis Selama Kehamilan
Permasalahan psikologis selama masa kehamilan dan persalinan adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan atau pengurangan emosi, kepribadian, motivasi dan konsep diri yang terjadi selama masa kehamilan dan persalinan
Peristiwa dan proses psikologis dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a.    Trimester Pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan.
b.    Trimester Kedua
. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu yang merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari ketidaknyamanan fisik, ukuran perut belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina lebih banyak dan hal yang menyebabkan kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari perhatian ibunya menjadi mencari perhatian pasangannya, semua faktor ini berperan dalam meningkatnya libido dan kepuasan seks.
c.    Trimester Ketiga
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa khawatir akan keselamatannya. Rasa tidak nyaman timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh, berantakan, canggung dan jelek sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari pasangannya, disamping itu ibu mulai sedih karena akan terpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil, terdapat perasaan mudah terluka (sensitif).
2.    Cara Mengatasi Masalah-Masalah Psikologis Ibu pada saat Kehamilan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah psikologis ibu pada saat kehamilan, yaitu:
a.    Bersikap terbuka dengan pasangan
b.    Konsultasi dengan bidan atau tenaga kesehatan yang lain.
1)    Menjelaskan bahwa apa yang dirasakan ibu adalah sesuatu yang normal.
2)    Mengungkapkan bahwa setiap pengalaman kehamilan adalah unik.
3)    Menjelaskan tentang kebutuhan nutrisi, petumbuhan bayi, tanda-tanda kelahiran dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
4)    Mendiskusikan tentang ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu dan cara mengatasinya.
5)    Mendiskusikan tentang rencana persalinan
c.    Curahkan isi hati kepada pasangan atau sahabat.
d.    Usahakan lebih banyak istirahat
e.    Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada suami, teman, ataupun keluarga.
f.     Luangkan waktu, untuk diri sendiri, manjakan diri dengan relaksasi, pijat atau apapun yang dapat menghibur diri
g.    Menciptakan suasana yang nyaman dan tenteram bagi ibu.
h.    Melakukan antisipasi sejak awal bagi diri sendiri. Contohnya, ibu perlu mensyukuri kehamilan tersebut sebagai anugerah yang Tuhan berikan.

3.    Permasalahan Psikologis Yang Memerlukan Penanganan Khusus
Adapun beberapa gejala yang dapat terjadi pada ibu beserta penanganannya, yaitu:
a.    Pseudosyesis
Ø  Wanita tidak hamil yang percaya bahwa dirinya hamil, diikuti dengan munculnya gejala dan tanda (dugaan) kehamilan
Ø  Lakukan anamnese terarah yang akurat (termasuk latar belakang psikis), pemeriksaan fisik (khoasma/hiperpegmentasi, pelunakan dan keunguan pada serviks, pembesaran uterus) dan pemeriksaan tambahan (USG dan uji kehamilan)
Ø  Lakukan konseling bahwa kehamilan harus dipastikan (perdarahan lucut dengan kombinasi estrogen-progesteron), akan dilakukan upaya pemeriksaan dan pengobatan untuk kehamilan dan dukungan psikososial
b.    Reaksi cemas
Ø  Gangguan ini ditandai dengan rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan
Ø  Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkannya karena gejala klinik yang ada, sangat tidak spesifik (twitching, tremor, berdebar-debar, kaku otot , gelisah, dan mudah lelah, insomnia)
Ø  Timbul gejala-gejala somatik akibat hiperaktifitas otonom (palpitasi, sesak nafas, rasa dingin di telapak tangan, berkeringat, pusing, rasa terganjal pada leher)
Ø  Tenangkan dengan psikoterapi. Walau kadang kadang upaya ini kurang memberi hasil tetapi prosedur ini sebaiknya paling pertama dilakukan
Ø  Bila pasien tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau kekurangan asupan kalori /gizi maka harus dilakukan rawat inap di rumah sakit.
c.    Reaksi panik
Ø  Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang hebat, terjadi dalam periode yang relatif singkat dan tanpa sebab-sebab yang jelas.
Ø  Pasien mengeluhkan nafas sesak atau rasa tercekik, telinga berdenging, jantung berdebar, mata kabur, rasa melayang, takut mati, atau merasa tidak tertolong lagi.
Ø  Pemeriksaan fisik menunjukan pasien gelisah dan ketakutan, muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, dan cepat dan takhikardi.
Ø  Karena reaksi panik hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, cukup diberikan dosis tunggal diazepam 5 mg IV.
d.    Reaksi obsesif-kompulsif
Ø  Gambaran spesifik dari gangguan ini adalah selalu timbulnya perasaan, rangsangan, atau pikiran untuk melakukan sesuatu, tanpa objek yang jelas, diikuti dengan perbuatan yang dilakukan secara berulang kali.
Ø  Pengulangan perbuatan tersebut dapat mencelakai dirinya, bayi yang dikandung atau orang lain.
Ø  Adanya potensi gawat darurat pada wanita hamil dengan reaksi obsesif-kompulsif menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau dalam pengawasan tim medis yang memadai. Psikoterapi cukup membantu untuk mengembalikan wanita ini pada status emosional yang normal.
Ø  Pada kasus yang berat diberikan diazepam 5 mg IV dan observasi ketat
e.    Depresi berat
Ø  Depresi pada wanita hamil, ditandai oleh perasaan sedih, tidak bergairah, menyendiri penurunan berat badan, insomnia, kelemahan, rasa tidak dihargai dan pada kasus yang berat, ada keinginan untuk melakukan bunuh diri.
Ø  Penelitian di RS Dr. Sutomo Surabaya (1999) menunjukan angka kejadian depresi pasca persalinan (Postpartum Blues) sebesar 15,2% (persalinan fisiologis) dan 46,2% (persalinan patologis).
Ø  Sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkomunikasi, kurang perhatian dan sulit untuk mengingat sesuatu.
f.     Reaksi mania
Ø  Reaksi mania ditandai dengan rasa gembira yang berlebihan (eforia), mudah terangsang, hiperaktif, banyak bicara (logore), mengganggu dan rasa percaya diri yang berlebihan.
Ø  Reaksi mania dalam kehamilan merupakan masalah yang cukup rumit karena obat lithium karbonat, dapat menimbulkan berbagai akibat yang merugikan pada janin (Ebstein’s abnormality, kelemahan tonus otot dan menurunnya kemampuan menghisap pada bayi yang baru dilahirkan).
Ø  Pasien-pasien yang terkontrol pada saat hamil, cenderung mengalami episode mania pada 7-14 hari saat pasca persalinan.
g.    Skizofrenia
Ø  Skizofrenia ditandai dengan gangguan proses berpikir, persepsi dan realita. Pada tingkat tertentu, dapat dijumpai halusinasi, waham kebesaran, gangguan bicara dan hilangnya asosiasi dan realita dan lingkungan sekitarnya.
Ø  Obat untuk penderita skizofrenia diekskresi melalui ASI sehingga tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya. Bila psikofarmaka tidak dapat digunakan, dapat digunakan terapi kejut listrik (ECT)
h.    Rasa kehilangan
Ø  Rasa kehilangan merupakan adaptasi dari kemarahan, kekecewaan dan kesedihan yang harus dihadapi dan diatasi.
Ø  Lakukan konseling dan minta pasangan tersebut untuk memutuskan apa yang terbaik bagi yang mereka (menyimpan hasil konsepsi, menyaksikan cacat yang terjadi, mendekap janin yang telah dilahirkan, meminta otopsi ) agar proses adaptasi terhadap berjalan baik.
Ø  Beri kesempatan (paling tidak 6 bulan) untuk resolusi, sebelum memulai kehamilan berikutnya.

4.    Penanganan Masalah Kejiwaan Menurut Tingkat Pelayanan Kesehatan

Tanda dan Gejala
Ibu hamil dengan masalah atau gangguan kejiwaan yang dapat mempengaruhi kesehatan/keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya
Dugaan
Kehamilan dengan gejala cemas, panik, obsesif-kompulsif, depresi, mania atau skizofrenia
Kategori
Cemas
Panik
Obsesi
Depresi
Mania
Skizo
Tingkat
Upaya
Polindes
·          Kenali
·          Rujuk
·          Observasi
·          Pascaterapi


·     Kenali
·     Rujuk
·     Observasi
·     Pasca terapi

·    Kenali
·    Rujuk
·    Observasi
·    Pascaterapi

·     Kenali
·     Rujuk
·     Observasi
·     Pascaterapi

·     Kenali
·     Rujuk
·     Observasi
·     Pascaterapi

·     Kenali
·     Rujuk
·     Observasi
·     Pascaterapi

Puskesmas
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala tetap memburuk Observasi
Pasca
Rujukan
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala tetap/ memburuk
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala yang berbahaya bagi ibu dan janin/memburuk
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala tetap memburuk
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala tetap memburuk
Diagnosis
Terapi
Psikoterapi
Sedatif
Rujuk bila gejala tetap memburuk
Rumah Sakit
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
Konsultasi
Psikolog/psikiater
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
Konsultasi
Psikolog/psikiater
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
Konsultasi
Psikolog/psikiater
ANC/profil biofisik
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
AD trisiklik
ECT/TKL
Konsultasi
Psikolog/psikiater
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
Li-karbonat
Konsultasi psikolog/ psikiater
ANC/Profil biofisik
Diagnosis
Psikoanalis
Dan terapi
Sedatif
Psikofarmaka/ECT
Konsultasi
Psikolog/psikiater


B.   Psikologis Ibu saat Persalinan
1.    Perubahan Psikologis Ibu saat Persalinan
Fase Laten : Pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya ia ingin berbicara, perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan-jalan dan menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari bahwa proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut.
Fase Aktif : saat kemajuan persalinan sampai pada waktu kecepatan maksimum  rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Kontraksi semakin kuat dan fekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini wanita akan lebih serius. Wanita tersebut menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya.
Kebutuhan ibu selama persalinan:
a.    Kebutuhan fisiologis
b.  Kebutuhan rasa aman
c.    Kebutuhan dicintai dan mencintai
d.    Kebutuhan harga diri
e.    Kebutuhan aktualisasi diri



2.    Cara Mengatasi Masalah-Masalah Psikologis Ibu Pada Saat Persalinan:
Adapun cara-cara mengatasi masalah psikologis pada saat persalinan, yaitu:
a.    Kegiatan konseling pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan kepada ibu yang akan melahirkan. Adapun langkah-langkah konseling kebidanan pada ibu melahirkan seperti:
1)    Menjalin hubungan yang mengenakan (rapport) dengan klien.
2)    Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dukungan yang positif.
3)    Kehadiran
Merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengatasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total kepada klien. Bidan dalam memberikan pendampingan klien yang bersalin difokuskan secar fisik dan psikologis.
4)    Mendengarkan
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
5)    Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin
Sentuhan bidan terhadap klien akan memberikan rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.
Misalnya: ketika kontraksi pasien merasakan kesakitan, bidan memberikan sentuhan pada daerah pinggang klien. Sehingga pasien akan merasa nyaman.
6)    Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan
Merupakan upaya untuk memberikan rasa percaya diri pada klieb bahwa klien dapat menyelesaikan persalinanya.
7)    Memandu persalinan
Misalnya : bidan menganjurkan klien meneran pasa saat his berlangsung
8)    Mengadakan kontak fisik dengan klien
Misalnya: mengelap keringat, mengipasi , memeluk pasien, menggosok klien.
9)    Memberikan pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukannya
misalnya : bidan mengatakan: “bagus ibu, pintar sekali menerannya”.
10)  Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran anaknya dan mengatakan ikut berbahagia
b.    Bila diperlukan alternatif pilihan yaitu melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode relaksasi Hypnobrithing.
Hypnobrithing adalah suatu hipnoterapi yang dilakukan dengan melakukan kontak langsung dengan alam bawah sadar sehingga mencapai kondisi rileks yang mendalam dan stabil, kita akan mampu menanamkan suatu program atau konsep baru yang secara otomatis akan mempengaruhi kehidupan dan tindakan kita sehari-hari.
c.    Menggunakan media air guna mengurangi rasa sakit, seperti metode Water Birth
d.    Dan lain sebagainya

REFERENSI

1.      Varney H, dkk. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC. Halaman 501-04.
2.      Wulandari, Diah (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offiset. Halaman 86-95.
3.      Priyanto A,. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 49, 73-4
4.      Sumarah, dkk. (2008). Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya. Halaman 55
5.      Andriana, E. (2007). Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer . Halaman 25-9
6.      Sarwono, P. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI. Halaman 327-31